Advent Bangun
atau yang akrab dipanggil Johni adalah aktor Indonesia yang acapkali berperan dalam film-film laga pada dekade 1980an.
Namanya sejajar dengan pemain laga lainnya seperti Barry Prima, George Rudy, Johan Saimima dan Ratno Timoer.
Biografi
Terlahir dengan nama Thomas Advent Perangin-angin Bangun, di Kabanjahe, Sumatera Utara, 12 Oktober 1952.
Sejak kecil mendapatkan didikan keras dari ayahnya (M.P. Bangun) yang seorang jaksa sangat ketat menanamkan nilai-nilai disiplin dan kejujuran.
KARATE
Pada tahun 1968, anak kedelapan dari delapan saudara itu menginjakkan kakinya di pelabuhan Tanjung Priok bersama seorang kakak perempuannya.
Mereka berdua didatangi sekitar 30 orang pelaut yang mencoba menggoda kakaknya yang membuat darah Advent mendidih.
Ia marah, tapi apalah daya, ia malah babak belur dikeroyok gerombolan Pelaut itu.
Timbullah dendam di dada Advent Bangun. Ia pun bertekad akan membela siapa pun yang lemah. Tidak akan ia biarkan orang lain diganggu di hadapannya, seperti yang dialami kakak perempuannya.
Akhirnya Advent Bangun bergabung dengan perguruan karate INKAI (Institut Karate-Do Indonesia).
Beberapa tahun berlalu, dendam itu pun pupus. Ia sadar ada hal lain yang lebih positif daripada memendam dendam yaitu mengejar prestasi dengan menjadi atlet.
Akan tetapi ia merasa sulit untuk bersaing di tingkat nasional karena pada saat itu perguruan INKAI tidak diakui oleh FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia), maka Advent Bangun kemudian bergabung dengan perguruan karate INKADO (Indonesia Karate-Do).
Tercatat sejak 1971, Advent Bangun menjadi juara nasional karate selama 12 tahun berturut turut.
Ia pun tampil di berbagai kejuaraan tingkat dunia hampir di seluruh asia, Amerika, dan Eropa. Dan membawanya masuk lima besar karateka kelas dunia pada World Games di Santa Clara, Amerika Serikat, tahun 1981.
Ia juga pernah juara ketiga di Asia Pasific II tahun 1976 dan juara tiga Asia Pacific V tahun 1983 di Nagoya, Jepang untuk kelas 80 kilogram ke atas.
Dengan prestasi kelas dunia itu, Advent Bangun disebut karateka besar yang dimiliki Indonesia.
Filmografi
Pada tahun 1976, kesuksesannya di dunia karate membawanya ke dunia perfilman Indonesia.
Film pertamanya adalah "Rajawali Sakti" pada tahun 1976, dimana dia hanya sebagai cameo di film tersebut.
Dari film inilah, kariernya melaju cukup pesat dengan membintangi film-film lainnya.
Dua Pendekar Pembelah Langit (1977)
Krakatau (1977)
Ken arok – Ken dedes (1983)
Si Buta Lawan Jaka Sembung (1983)
Mawar berbisa (1984)
Golok setan (1984)
Gadis berwajah seribu (1984)
Anita Ular Betina (1984)
Noda X (1984)
Si buta dari gua hantu (1985)
Tertembaknya Seorang Residivis (1985)
Putri duyung (1985)
Komando samber nyawa (1985)
Gantian dong (1985)
Darah perjaka (1985)
Carok (1985)
Dia Yang Berhati Baja (1985)
Bukit Berdarah (1985)
Sunan Gunung Jati (1985)
Satria Bambu Kuning (1985)
Petualangan cinta nyi blorong (1986)
Menumpas teroris (1986)
Langganan (1986)
Terjebak Penari Erotis (1986)
Dendam Dua Jagoan (1986)
Siluman srigala putih (1987)
Pendekar bukit tengkorak (1987)
Si buta dari gua hantu - Neraka Perut Bumi (1987)
Kelabang seribu (1987)
Cewek-Cewek Genit (1987)
Siluman kera (1988)
Pendekar ksatria (1988)
Mandala penakluk satria tar tar (1988)
Malaikat bayangan (1988)
Bangkitnya Si Mata Malaikat (1988)
Pertarungan Iblis Merah (1988)
Rimba Panas (1988)
Sumpah Si Pahit Lidah (1989)
Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat (1989)
Pembalasan si mata elang (1989)
Buronan (1989)
Gerbang Keadilan (1989)
Genta Pertarungan (1989)
Si Gobang II - Jago-Jago Bayaran (1989)
Jaringan Terlarang II (1990)
Mat Pelor (1990)
Ekspedisi Harta Karun (1990)
Melacak Tapak Harimau (1990)
Pemburu Nyawa (1990)
Pedang Naga Pasa (1990)
Tiada Titik Balik (1991)
Bang Somad Si Tangan Satu (1991)
Lady Dragon (1992)
Pemburu Teroris (1994)
Amrin Membolos (1996)
Serial Televisi
Mahkota Mayangkara (1993)
Kaca Benggala (1994)
Singgasana Brama Kumbara (1995)
Popularitas yang ia raih sempat membuat sosok Advent Bangun menjadi tinggi hati.
Hingga pada era 90-an, dimana merupakan tahun kemunduran bagi dunia perfilman Indonesia, nama Advent Bangun juga ikut surut.
Ia sempat terpuruk dan harus menghadapi titik terendah dalam hidupnya. Namun sang istri, Lois Riani Amalia, senantiasa mendampingi sang suami, dan selalu memanjatkan doa-doa untuk suami tercintanya.
Hingga akhirnya pada tahun 2000, Advent Bangun sadar dari segala kesalahannya. Ia pun mundur dari dunia hiburan yang membesarkan namanya.
Ia bertaubat, dan mengabdikan hidupnya untuk berdoa kepada Tuhan dan menjadi pendeta dengan nama Pendeta Muda Thomas Bangun.
18 tahun berlalu, lama tak terdengar kabarnya. Hingga berita mengejutkan datang bahwa Advent Bangun kini terbaring lemah di bangsal rumah sakit.
18 Januari 2018 ia dikabarkan harus dirawat di RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan, karena mengalami gagal ginjal.
Menurut informasi, Advent sempat menjalani perawatan di RSUP Fatmawati karena penyakit gagal ginjal yang telah ia derita selama beberapa waktu terakhir. Ia pun harus menjalani cuci darah sebanyak dua kali dalam seminggu sejak bulan April 2017.
Hingga pada tanggal 10 Februari 2018 pukul 02.35 WIB, ia menghembuskan napasnya yang terakhir. Berpulang Ke Rumah BAPA Di Surga.
Jenazah Almarhum disemayamkan di rumah duka di Jalan Kecapi, Jagakasa, Jakarta Selatan.
Namanya sejajar dengan pemain laga lainnya seperti Barry Prima, George Rudy, Johan Saimima dan Ratno Timoer.
Biografi
Terlahir dengan nama Thomas Advent Perangin-angin Bangun, di Kabanjahe, Sumatera Utara, 12 Oktober 1952.
Sejak kecil mendapatkan didikan keras dari ayahnya (M.P. Bangun) yang seorang jaksa sangat ketat menanamkan nilai-nilai disiplin dan kejujuran.
KARATE
Pada tahun 1968, anak kedelapan dari delapan saudara itu menginjakkan kakinya di pelabuhan Tanjung Priok bersama seorang kakak perempuannya.
Mereka berdua didatangi sekitar 30 orang pelaut yang mencoba menggoda kakaknya yang membuat darah Advent mendidih.
Ia marah, tapi apalah daya, ia malah babak belur dikeroyok gerombolan Pelaut itu.
Timbullah dendam di dada Advent Bangun. Ia pun bertekad akan membela siapa pun yang lemah. Tidak akan ia biarkan orang lain diganggu di hadapannya, seperti yang dialami kakak perempuannya.
Akhirnya Advent Bangun bergabung dengan perguruan karate INKAI (Institut Karate-Do Indonesia).
Beberapa tahun berlalu, dendam itu pun pupus. Ia sadar ada hal lain yang lebih positif daripada memendam dendam yaitu mengejar prestasi dengan menjadi atlet.
Akan tetapi ia merasa sulit untuk bersaing di tingkat nasional karena pada saat itu perguruan INKAI tidak diakui oleh FORKI (Federasi Olahraga Karate-Do Indonesia), maka Advent Bangun kemudian bergabung dengan perguruan karate INKADO (Indonesia Karate-Do).
Tercatat sejak 1971, Advent Bangun menjadi juara nasional karate selama 12 tahun berturut turut.
Ia pun tampil di berbagai kejuaraan tingkat dunia hampir di seluruh asia, Amerika, dan Eropa. Dan membawanya masuk lima besar karateka kelas dunia pada World Games di Santa Clara, Amerika Serikat, tahun 1981.
Ia juga pernah juara ketiga di Asia Pasific II tahun 1976 dan juara tiga Asia Pacific V tahun 1983 di Nagoya, Jepang untuk kelas 80 kilogram ke atas.
Dengan prestasi kelas dunia itu, Advent Bangun disebut karateka besar yang dimiliki Indonesia.
Filmografi
Pada tahun 1976, kesuksesannya di dunia karate membawanya ke dunia perfilman Indonesia.
Film pertamanya adalah "Rajawali Sakti" pada tahun 1976, dimana dia hanya sebagai cameo di film tersebut.
Dari film inilah, kariernya melaju cukup pesat dengan membintangi film-film lainnya.
Dua Pendekar Pembelah Langit (1977)
Krakatau (1977)
Ken arok – Ken dedes (1983)
Si Buta Lawan Jaka Sembung (1983)
Mawar berbisa (1984)
Golok setan (1984)
Gadis berwajah seribu (1984)
Anita Ular Betina (1984)
Noda X (1984)
Si buta dari gua hantu (1985)
Tertembaknya Seorang Residivis (1985)
Putri duyung (1985)
Komando samber nyawa (1985)
Gantian dong (1985)
Darah perjaka (1985)
Carok (1985)
Dia Yang Berhati Baja (1985)
Bukit Berdarah (1985)
Sunan Gunung Jati (1985)
Satria Bambu Kuning (1985)
Petualangan cinta nyi blorong (1986)
Menumpas teroris (1986)
Langganan (1986)
Terjebak Penari Erotis (1986)
Dendam Dua Jagoan (1986)
Siluman srigala putih (1987)
Pendekar bukit tengkorak (1987)
Si buta dari gua hantu - Neraka Perut Bumi (1987)
Kelabang seribu (1987)
Cewek-Cewek Genit (1987)
Siluman kera (1988)
Pendekar ksatria (1988)
Mandala penakluk satria tar tar (1988)
Malaikat bayangan (1988)
Bangkitnya Si Mata Malaikat (1988)
Pertarungan Iblis Merah (1988)
Rimba Panas (1988)
Sumpah Si Pahit Lidah (1989)
Si Pahit Lidah dan Si Mata Empat (1989)
Pembalasan si mata elang (1989)
Buronan (1989)
Gerbang Keadilan (1989)
Genta Pertarungan (1989)
Si Gobang II - Jago-Jago Bayaran (1989)
Jaringan Terlarang II (1990)
Mat Pelor (1990)
Ekspedisi Harta Karun (1990)
Melacak Tapak Harimau (1990)
Pemburu Nyawa (1990)
Pedang Naga Pasa (1990)
Tiada Titik Balik (1991)
Bang Somad Si Tangan Satu (1991)
Lady Dragon (1992)
Pemburu Teroris (1994)
Amrin Membolos (1996)
Serial Televisi
Mahkota Mayangkara (1993)
Kaca Benggala (1994)
Singgasana Brama Kumbara (1995)
Popularitas yang ia raih sempat membuat sosok Advent Bangun menjadi tinggi hati.
Hingga pada era 90-an, dimana merupakan tahun kemunduran bagi dunia perfilman Indonesia, nama Advent Bangun juga ikut surut.
Ia sempat terpuruk dan harus menghadapi titik terendah dalam hidupnya. Namun sang istri, Lois Riani Amalia, senantiasa mendampingi sang suami, dan selalu memanjatkan doa-doa untuk suami tercintanya.
Hingga akhirnya pada tahun 2000, Advent Bangun sadar dari segala kesalahannya. Ia pun mundur dari dunia hiburan yang membesarkan namanya.
Ia bertaubat, dan mengabdikan hidupnya untuk berdoa kepada Tuhan dan menjadi pendeta dengan nama Pendeta Muda Thomas Bangun.
18 tahun berlalu, lama tak terdengar kabarnya. Hingga berita mengejutkan datang bahwa Advent Bangun kini terbaring lemah di bangsal rumah sakit.
18 Januari 2018 ia dikabarkan harus dirawat di RSUP Fatmawati, Jakarta Selatan, karena mengalami gagal ginjal.
Menurut informasi, Advent sempat menjalani perawatan di RSUP Fatmawati karena penyakit gagal ginjal yang telah ia derita selama beberapa waktu terakhir. Ia pun harus menjalani cuci darah sebanyak dua kali dalam seminggu sejak bulan April 2017.
Hingga pada tanggal 10 Februari 2018 pukul 02.35 WIB, ia menghembuskan napasnya yang terakhir. Berpulang Ke Rumah BAPA Di Surga.
Jenazah Almarhum disemayamkan di rumah duka di Jalan Kecapi, Jagakasa, Jakarta Selatan.
Comments
Post a Comment